Thursday, August 16, 2012

materi kimia

beberapa ringkasan materi kimia

materi
unsur dan senyawa
campuran heterogen dan campuran homogen
asam basa
sifat koligatif larutan
aturan biloks
redoks
hasil kali kelarutan
gaya tarik antar molekul
teori VSEPR

sifat koligatif larutan

Fraksi Mol (x)
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol suatu zat dengan jumlah mol campuran.
Sifat koligatif larutan
Jika melarutkan suatu zat terlarut dalam suatu pelarut murni, maka kemungkinan besar akan terjadi hal-hal sebagai berikut.
1. Pada larutan akan lebih sukar menguap jika dibandingkan pelarut murninya karena pada larutan mengalami penurunan tekanan uap akibat adanya partikel terlarut.
2. Jika dididihkan, larutan akan mendidih pada suhu yang lebih tinggi jika dibandingak pelarut murninya. Akibat adanya partikel terlarut akan terjadi kenaikan titik didih.
3. Jika dibekukan, larutan akan membeku pada suhu yang lebih kecil atau dibawah suhu membeku pelarut murniya. Akibat adanya partikel terlarut akan terjadi penurunan titik beku.
4. Jika larutan dihubungkan dengan pelarut murninya melewati membran semipermiabel, maka larutan akan mengalami volume akibat tekanan osmotik.
Besarnya perubahan keempat sifat tersebut bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat yang hanya bergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut disebut sifat koligatif larutan
Penurunan tekanan uap
Tekanan uap yang ditimbulkan pada saat tercapai kondisi kesetimbangan dinamakan tekanan uap jenuh. Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan disebut penurunan tekanan uap jenuh.
P = P° – P

Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku
Titik didih suatu zat cair adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh zat cair tersebut sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar, maka gelembung uap yang terbentuk dalam cairan dapat mendorong diri ke permukaan menuju fasa gas. Oleh karena itu, titik didih suatu zat cair bergantung pada tekanan luar. Yang dimaksud dengan titik didih adalah titik didih normal, yaitu titik didih pada tekanan 76 cmHg. Titik didih normal air adalah 100 oC.
Selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih (∆Tb).
Tb = titik didih larutan – titik didih pelarut
Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf).
Tf = titik beku pelarut – titik beku larutan
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku yang disebabkan oleh penambahan zat terlarut dapat dirumuskan sebagai berikut.
Tb = m · Kb atau ∆Tb =
Tf = m · Kf atau ∆Tf =
dengan:
Tb = kenaikan titik didih
Tf = penurunan titik beku
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC/m)
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC/m)
m = molalitas
g = massa zat terlarut (gram)
Mr = massa rumus relatif zat terlarut
p = massa pelarut (gram)


Tekanan osmotis larutan
Osmosis adalah peristiwa perpindahan pelarut dari larutan yang konsentrasinya lebih kecil (encer) kelarutan yang konsentrasinya lebih besar (pekat) melalui mem-bran semipermeabel. Aliran zat cair dari larutan yang konsentrasinya lebih kecil menuju larutan yang konsen-trasinya lebih besar melalui membran semipermeabel akan terhenti, bila telah terjadi kesetimbangan konsentrasi antara kedua larutan tersebut.
Tekanan smotikadalah besarnya tekanan yang harus diberikan pada suatu larutan untuk mencegah mengalirnya molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semipermeabel.

Sifat koligatif larutan nonelektrolit
Nilai sifat koligatif larutan elektrolit lebih tinggi daripada larutan yang nonelektrolit untuk konsentrasi yang sama. Untuk konsentrasi yang sama, larutan elektrolit akan mengandung jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Harga sifat koligatif larutan elektrolit dipengaruhi oleh faktor Van’t Hoff (i).
i = {1 + á (n-1)}
dengan:
n = jumlah ion
á = derajat ionisasi
Untuk n = 2 (biner)
n = 3 (terner)
n = 4 (kuartener)
n = 5 (pentaner)
Untuk á = 1 (elektrolit kuat)
á = 0 (nonelektrolit)
0 < á < 1 (elektrolit lemah)


teori VSEPR


Pasangan-pasangan  elektron di sekitar atom pusat akan saling tolak-menolak jika berdekatan. Hal itu menyebabkan pasangan elektron akan berada pada kedudukan atau domain tertentu sehingga teori ini disebut teori domain elektron. Teori ini juga dikenal dengan nama Valence Shell Electron Pair Repultion Teory (VSEPR). Berdasarkan teori ini, tolakan (PEB) lebih kuat dibandingkan tolakan PEI sehingga dapat ditentukan urutan kekuatan tolakan, yaitu kekuatan tolakan antara PEI vs PEU < PEI vs PEB < PEB vs PEB. Jika diketahui jumlah PEI dan PEB pada suatu molekul maka dapat diramalkan bentuk geometrinyaberdasarkan kecenderungan setiap pasangan elektron menempati domainnya sebagai akibat tolakan antar pasangan elektron.
Bentuk-bentuk molekul
a.       Molekul dengan 2, 3, 4, 5, dan 6 pasangan PEI (tanpa PEB)
1)      Senyawa dengan 2 PEI, yaitu BeCl2
Be bernomor atom 4 (1s22s2) memiliki elektron valensi 2. Pada senyawa BeCl2, kedua elektron valensinya membentuk 2 PEI dengan 2 atom Cl. Sesuai dengan teori domain elektron, kedua pasang PEI akan saling tolak menolak hingga pengaruh tolakan tersebut menjadi lemah. Itu menyebabkan pasangan PEI berada pada posisi yang terjauh, yaitu membentuk sudut sebesar 1800.
2)      Senyawa BF3
Boron dengan nomor atom 5 (1s22s22p1) memiliki 3 elektron valensi. Ketiga elektron tersebut membentuk 3 PEI dengan atom F. tolak menolak ketiga PEI tersebut sama kuatnya sehingga ketiganya terdistribusi dengan sudut 1200 terhadap atom pusat B. keberadaan ketiga titik atom F tersebut dihubungkan sehingga berbentuk segitiga datar (trigonal planar).
3)      Senyawa CH4
Atom C yang memiliki 4 elektron valensi akan membentuk 4 PEI. Keempat elektron tersebut saling tolak menolak dengan kekuatan sama sehingga terdistribusi ke empat arah yang saling berjauhan membentuk 109,50 terhadap atom pusat C. bentuk molekul yang diperoleh adalah limas segitiga beraturan (tetrahedral).
4)      Senyawa PCl5
Atom P yang memiliki konfigurasi elektron 1s22s22p63s23p3 dengan 5 elektron valensi sehingga membentuk 5 PEI dengan 5 atom klor. Pengaruh tolak menolak kelima PEI akan mendistribusikan 2 pasang elektron kea rah horizontal. Jadi, ada 2 sudut ikatan, yaitu sudut pada bidang datar sebesar 1200 dan sudut yang terbentuk pada arah vertical tegak lurus dengan bidang datar sebesar 900. Molekul yang terbentuk memiliki bangun (trigonal piramida).
5)      Senyawa SF6
atom S memiliki 6 elektron valensi dapat membentuk 6 PEI dengan 6 elektron dari atom F. semua PEI tersebut akan terdistribusi merata membentuk sudut ikatan sebesar 900. Molekulnya berbentuk 8 bidang beraturan (octahedral).
b.      Molekul dengan 4 pasang elektron valensi
Misalnya NH3 dan H2O

Jumlah pasangan elektron valensi pada molekul NH3 sebanyak 4 pasang seperti CH4, tetapi sepasang diantaranya adalah PEB. Berdassarkan hasil pengukuran, bentuknya dapat diramalkan, yaitu limas segitiga (trigonal piramida).
Pada molekul H2O terdapat 4 pasang elektron yang terdiri dari 2 PEB dan 2 PEI. Akibat tolakan 2 PEB, sudut ikatan H-O-H sebesar 104,50,  yaitu lebih kecil dibandingkan sudut ikatan H-N-H pada NH3. Bentuk molekulnya tidak seperti garis (linear), tetapi menyudut atau bengkok, seperti huruf V.
c.       Molekul dengan 5 pasangan electron
Contohnya : SF4, ICl3, XaF4
Jumlah elektron valensi dan pasangan elektron pada ketiga senyawa tersebut dapat dibuat table berikut ini:
Senyawa
Atom pusat
Jumlah Elektron Valensi
Jumlah PEI
Jumlah PEB
Jumlah PEI + PEB
SF4
ICl3
XeF2
S
Xe
I
6
7
8
4
3
2
1
2
3
5
5
5
   Ramalan ketiga bentuk molekul tersebut bdapat dimulai dengan struktur trigonal bipiramida, seperti mPCl5. Kemudian diperhitungkan pengaruh PEB pada setiap molekul sehingga diperoleh geometri molekul sebagai berikut:
SF4 memiliki molekul persekutuan dua limas segitiga (trigonal bipiramida) dengan alas segitiga yang besarnya hanya sepertiga dari bentuk molekul PCl5. Sudut FSF akan sedikit lebih kecil dari 1200 karena adanya pengaruh sepasang elektron bebas yang tolakannya kuat.
Bentuk molekul ICl3 menyerupai huruf T. bentuk alternative lainnya adalah segitiga datar dengan kedua PEB berada pada posisi vertical. Hasil percobaan menunjukkan bahwa senyawa ICl3­
d.      Molekul dengan 6 pasang elektron

gaya tarik antar molekul


Gaya Tarik Antar Molekul

A.    Gaya Tarik Antar Molekul
Jika Molekul – molekul membentuk senyawa tentunya ada interaksi antar molekul tersebut seperti halnya keluarga, jika suatu keluarga dinyatakan sebagai senyawa dan anggota keluarga sebagai molekul, maka setelah kita mempelajari sifat masing – masing anggota keluarga tentunya kita akan mempelajari hubungan (interaksi) antar anggota keluarga tersebut. Gaya antar molekul pada modul ini dibatasi pada gaya tarik antara dua molekul atau lebih dari satu zat murni.
Pada bagian ini, akan dipelajari tiga macam gaya tarik antar molekul. Dua diantaranya sekaligus disebut gaya tarik Van der Waals. Gaya tarik yang lemah disebabkan oleh dipol imbasan sesaat, yang terjadi antara semua molekul, bahkan juga molekul yang non polar sekalipun, Gaya tarik Van der Waals yang kuat, disebut gaya tarik dipol-dipol, terjadi antara molekul yang memiliki momen dipole permanen. Gaya tarik ketiga lebih kuat dari gaya Van der Waals yang terjadi hanya antar molekul tertentu dan kemudian disebut Ikatan Hidrogen.
1.      Gaya London
Seorang ahli fisika dari Jerman Fritz London, tahun 1930 menguraikan terjadinya tarikan yang lemah disebabkan oleh dipol imbasan sekejap atau sesaat yang kemudian dikenal Gaya London. Terjadinya tarikan antar elektron satu molekul dan inti molekul yang lain dapat dibayangkan sebagai akibat menggesernya posisi atau getaran (Vibrasi) elektron dan inti-inti itu. Suatu getaran dalam sebuah molekul mengimbas (menginduksi) suatu geseran elektron-elektron suatu molekul yang disebelahnya seperti gambar 5.

Atom simetris (tengah bersifat non polar) tetapi getaran yang mengimbas gaya tarik dipol sesaat antara atom-atom sebelahnya. Perhatikan bahwa posisi inti tidak berubah.
Bila beberapa molekul berkumpul bersama-sama seperti dalam cair, geseran-geseran disingkronkan, sehingga terdapat suatu tarikan total antara banyak molekul yang bersebelahan. Dipol-dipol ini dikatakan bersifat sesaat, karena getaran itu milyaran kali dalam suatu detik. Pada saat berikutnya dipol itu hilang, atau mungkin arah polaritas telah dibalik. Gaya London ini yang menyebabkan adanya tarikan antara molekul-molekul senyawa non polar. Ingatkah Anda bagaimana caranya membedakan molekul polar dengan non polar? Jika tidak bukalah dan baca kembali modul Kim X.04 bagian kepolaran. Molekul-molekul polar besar lebih efektif ditarik satu sama lain daripada
molekul kecil. Marilah kita bandingkan molekul metana, CH4 dengan propane CH3 CH2 CH3.
Perhatikan rumus struktur keduanya .
Apa yang dapat Anda simpulkan dari rumus struktur itu ?
Struktur molekul Propana lebih besar dari Metana sehingga tarikan yang terjadi antar dua molekul Propana lebih kuat dari pada dua molekul Metana.

Contoh lain yang dapat kita perhatikan antara iod, I2, dan flour, F2. Manakah yang lebih kuat, molekul iod atau molekul flour ?
Apakah jawaban Anda molekul iod ?
Jika demikian, Anda benar.
Molekul dengan distribusi / penyebaran elektron yang besar dan baur ke segala arah saling menarik lebih kuat dari pada molekul – molekul yang elektronnya lebih kuat terikat. Molekul iod yang besar itu saling tarik – menarik dengan lebih kuat dari pada molekul flour yang lebih kecil. Mudah tidaknya suatu molekul membentuk dipol sesaat disebut polarisabilitas. Hal ini berkaitan dengan masa molekul relatif (Mr) dan bentuk molekul. Masa molekul relatif berkaitan dengan jumlah elektron dalam molekul maka makin mudah mengalami polarisasi sehingga makin kuat gaya Londonnya. Mari kita bandingkan molekul H2, N2, O2, dan Br2.
Bagaimana urutan kekuatan gaya London molekul-molekul tersebut ?
Apakah jawaban Anda berikut ini ?
Urutan kekuatan Gaya London dari yang terlemah ke yang paling kuat adalah
H2 — N2 — O2 — Br2 karena
MrBr2 > MrO2 > MrN2 > MrH2
Molekul yang bentuknya panjang lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan molekul yang kecil, padat dan simetris sehingga gaya London Pentana lebih kuat dari pada 2 – Metil Butana (Neo Petana). Bagaimanakah akibat pergerakan elektron dalam orbital pada molekul polar? Pelajarilah uraian berikut?
2.      Gaya tarik dipol – dipol
Molekul yang mempunyai momen dipol permanen dikatakan sebagai polar.
Perhatikan bahwa anak panah yang menyatakan kepolaran digambar dari muatan positif parsial ke muatan negatif parsial.Perhatikan pada gambar
Arah vektor menuju ke atom yang lebih elektronegatif ujung plus menunjukkan ke atom yang  kurang elektronegatif. Gaya tarik antar dua molekul polar disebut Gaya tarik dipol-dipol. Tarikan ini lebih kuat dari pada tarikan antara molekulmolekul non polar.
3.      Ikatan Hidrogen
Tarikan antar molekul yang luar biasa kuatnya, dapat terjadi antara molekulmolekul, jika satu molekul mempunyai sebuah atom hidrogen yang terikat pada sebuah atom berelektronegativitas besar, dan molekul sebelahnya mempunyai sebuah atom berelektronegativitas tinggi yang mempunyai sepasang elektron menyendiri. Inti hidrogen, yakni proton ditarik oleh sepasang elektron yang bersebelahan bolak-balik antara kedua atom tersebut. Tarikan antara dua molekul yang menggunakan bersama-sama sebuah proton disebut Ikatan Hidrogen.
Ikatan hidrogen dapat terjadi inter molekul dan intra molekul. Jika Ikatan hidrogen terjadi diantara molekul-molekul yang berbeda maka disebut ikatan hidrogen intermolekul atau antar molekul seperti senyawa 1,4 – dihidroksi benzena. Sedangkan bila ikatan hidrogen terjadi antara atom-atom dalam molekul yang sama maka disebut ikatan hidrogen intramolekul atau didalam molekul seperti senyawa 1,2 – dihidroksi benzena.
Senyawa 1,2 – Dihidroksi benzena memiliki ikatan hidrogen Intra molekul karena atom H dan atom O letaknya berdekatan dalam satu molekul. Berbeda halnya dengan 1,4 – Dihidroksi benzena letaknya gugus hidroksi (OH) saling berjauhan sehingga tidak memiliki ikatan hidrogen intramolekul. Perhatikan gambar 9 dan gambar 10.
B.     SIFAT FISIK SUATU MOLEKUL
Sifat fisik suatu molekul ditentukan oleh gaya tarik antar molekul antara lain titik didih dan titik leleh. Marilah kita pelajari pengaruh masing-masing gaya tarik antar molekul terhadap titik didih molekulnya suatu molekul Gaya London mengakibatkan titik leleh dan titik didih molekulnya menjadi lebih rendah daripada molekul lain dengan massa atom relatif (Mr) sama yng tidak memiliki Gaya London. Jika molekul-molekulnya kecil, zat-zat ini biasanya berbentuk gas pada suhu kamar. Molekul yang mempunyai gaya tarik-menarik dipol-dipol menyebabkan titik didih dan titik leleh lebih tinggi daripada molekul yang memiliki Gaya London pada molekul dengan massa molekul relatif sama. Hal ini karena gaya tarik dipol-dipol lebih kuat daripada Gaya London.
Bagaimana titik didih dan titik leleh senyawa yang massa molekul relatifnya (Mr) berbeda jauh sedangkan keduanya bersifat polar ? Silahkan Anda perhatikan tabel berikut ?
Dari tabel dapat Anda lihat bahwa HI memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada HCl sehingga lebih polar dari HI. Massa molekul relatif HI lebih besar daripada HCl sehingga titik didih HI lebih tinggi dari HCl. Hal ini menunjukkan bahwa Gaya London lebih dapat digunakan dalam membandingkan sifat zat dengan massa molekul relatif yang jauh berbeda. Selanjutnya, bagaimana pengaruh ikatan hidrogen terhadap sifat fisik suatu senyawa ?
Ikatan hidrogen tidak hanya berpengaruh pada titik didih dan titk leleh suatu zat tetapi juga kalarutannya dalam suatu pelarut. Senyawa yang berikatan hidrogen mudah larut dalam senyawa lain yang juga berikatan hidrogen. Contohnya NH3 dalam H2O seperti pada gambar 11.
Senyawa organik-alkohol, asam karboksilat, amina, glukosa-larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air pada gambar 12.

 

Senyawa yang memilih ikatan hydrogen akan memilih titik didih lebih tinggi dari pada molekul yang memilih ikatan Van Der Waals atau gaya tarik dipol-dipol. Senyawa hydrida dari unsur golongan IV, V dan VI memilih gaya Van Der Waals yang bertambah dari atas ke bawah setiap golongannya, sehingga titik didih dan titik lelehnya seharusnya meningkat tetepi kenyataannya berbeda. Perhatikan gambar 13 grafik berikut ini
Pada gambar 13 ditunjukan titik didih dan titik leleh untuk lima golongan zat. Perhatikan grafik Ne Ke Xe dan CH4 ke SnH4, molekul non polar saling tarik menarik oleh dipol terimbas sesaat atau Gaya London. Kedua grafik ini untuk membandingkan titik didih dari pasangan molekul yang Massa Molekul relative hampir sama. Perhatikan Ne dan CH4. molekul gas mulia mempunyai distribusi elektron yang sederhana sedangkan CH4 merupakan tetrahedron (segi empat) yang menggembung dan saling tarik menarik lebih kuat. Akibatnya titik didih CH4 lebih tinggi daripada Ne. Bandingkan molekul yang strukturnya berlainan tetapi massa molekul relatifnya hampir sama.
Perhatikan titk didih Ve, SnH4, HI, SbH3, dan H2Te. Tiga yang terakhir ini memiliki titik didh yang lebih tinggi karena molekul-molekul ini merupakan senyawa polar yang memerlukan energi kinetik yang lebih besar untuk memisahkan masing-masing unsurnya satu sama lain. Untuk lebih memperjelas pemahaman, gambar 13 dapat kita uraikan saru persatu, sebagai berikut :



Dapat Anda perhatikan unsur satu golongan (gambar 18) akan memiliki titik didih dan titik leleh yang bertambah, sesuai dengan bertambahnya nomor atom, massa atom relatif dan perioda. Senyawa yang memiliki ikatan Hidrogen akan memiliki titk didih dan titik leleh yang lebih tinggi dari senyawa lain yang tidak memiliki ikatan hidrogen. Perhatikan gambar 14 sampai 17. Bandingkanlah molekul yang memiliki ikatan hidrogen (HF, NH3, H2O) dengan molekul segolongannya.  Titik didih H2O lebih tinggi daripada H2S, H2Se dan H2Te. Begitu pula titik didih NH3 lebih tinggi daripada PH3, AsH3, SbH3. Hal ini ternyata disebabkan terdapatnyan ikatan Hidrogen yang kuat antar molekul-molekulnya. Bagaimana senyawa organik ? Apakah ikatan Hidrogen dapat mempengaruhi titik didihnya juga ? Coba Anda bandingkan titik didih propane dengan etanol menggunakan data dalam tabel 4.
Etanol memiliki titik didih yang sangat tinggi dibandingkan dengan propane walaupun massa molekul relatif (Mr) keduanya tidak jauh berbeda. Hal ini terjadi karena dalam molekul etanol terdapat ikatan hidrogen sedangkan propana tidak. Perhatikan rumus struktur etanol dan propana berikut ini :
Akibat lain dari adanya ikatan hidrogen adalah terjadinya penyimpanan massa molekul relatif. Seperti halnya asam etanoat (asam asetat) atau dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan asam cuka, yang biasa di jumpai dalam wujud larutan tetapi dapat di jumpai dalam wujud gas. Wujud yang terakhir ini terjadi karena du
molekul asam cuka bergabung bersama dengan ikatan hidrogen sehingga massa molekul relatifnya (Mr) menjadi 120, dua kali besar dari biasanya yaitu 60. Terjadinya pengabungan dua molekul sehingga berpasangan di sebut “dimerisation”. Peristiwa ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
Soal:
1. Titik didih metana (CH2) lebih tinggi daripada neon (Ne), karena…
a. Massa molekul metana lebih besar dari neon.
b. Molekul metana mempunyai lebih banyak elektron daripada neon.
c. Polarisabilitas metana lebih besar dari neon.
d. Molekul metana membentuk ikatan hidrogen, neon tidak.
e. Molekul metana polar, neon tidak.
2. Diantara pasangan senyawa berikut yang mempunyai Gaya London
adalah...
a. ccL4
b. H2O
c. CH4
d. CO2
e. NH3
3. Senyawa yang mempunyai ikatan hidrogen adalah…
a. Hcl
b. H2S
c. H2O
d. HBr
e. HI
4. Diantara senyawa berikut ini yang di ramalkan mempunyai titik didih
tertinggi adalah…
a. C2H6
b. C2H2cl
c. C2H5OH
d. CH3COOH
e. CH3OCH3
5. Ikatan yang terdapat dalam molekul (antara atom C dengan H) dan antar
molekul CH4 adalah…
a. Kovalen dan Gaya London
b. Ion dan Gaya Dispersi
c. Kovalen dan Ikatan Hidrogen
d. Kovalen dan Gaya Van der Waals
e. Ion dan Ikatan Hidrogen

KESIMPULAN
Teori Domain Elektron yang menjelaskan susunan elektron dalam atom yang berikatan membentuk molekul. Posisi elektron ini akan mempengaruhi bentuk geometri molekulnya. Teori VSEPR yaitu teori tolak menolak pasang-pasangan elektron pada kulit terluar dari atom pusat yang akan mempengaruhi bentuk geometri suatu molekul, akibat berubahnya susunan ruang elektron pada atom pusat. Gaya tarik antar molekul terdiri dari gaya tarik menarik nondipol-nondipol, dipole-dipol dan ikatan hidrogen. Gaya tarik menarik antar molekul akibat interaksi antar molekul dalam suatu senyawa dapat mempengaruhi sifat fisik molekul antara lain titik didih dan titik leleh.

asam basa


1. Asam
      Senyawa asam merupakan salah satu kelompok elektrolit yang banyak berperan dalam reaksi kimia. Suatu asam dapat berupa zat padat, cair atau gas. Ada asam yang berbahaya karena bersifat racun, tetapi ada pula asam yang sangat diperlukan tubuh kita. Senyawa asam banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Buah-buahan memiliki rasa asam berkat adanya senyawa asam yang dikandungnya. Jeruk mengandung asam sitrat, sedangkan anggur mengandung asam tartrat.
2. Basa
Seperti halnya asam, kelompok zat yang disebut basa merupakan elektrolit yang tidak kalah pentingnya. Beberapa basa dapat dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Cairan pengapur tembok yang disebut air kapur adalah larutan kalsium hidroksida. Para penderita penyakit maag selalu meminumobat yang berupa larutan magnesium hidroksida atau aluminium hidroksida.
3. Sifat Asam dan Basa
Senyawa asam bersifat korosif, artinya dapat merusak logam dan marmer. Sebagian besar logam dapat bereaksi dengan asam untuk menghasilkan gas H2 dan marmer dapat bereaksi dengan asam menghasilkan gas CO2.
Senyawa basa bersifat kaustik, artinya dapat merusak kulit kita. Jika kita mencelupkan jari tangan ke dalam larutan NaOH encer, jari tangan kita akan terasa licin. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya sabun sebagai hasil reaksi NaOH dengan lemak pada kulit kita.
Asam memiliki rasa asam, sedangkan basa memiliki rasa pahit. Akan tetapi, sangat tidak bijaksana jika mengenali asam dan basa dengan mencicipinya, sebab mungkin saja zat itu beracun atau berbahaya. Untunglah bahwa asam dan basa mempunyai sifat dapat mengubah warna dari zat warna yang dikandung tumbuh-tumbuhan, sehingga zat warna tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi asam dan basa. Para ahli kimia sudah sejak lama menggunakan zat warna bernama lakmus, yang umum digunakan untuk menguji keasaman dan kebasaan. Perubahan warnanya sangat jelas terlihat. Lakmus akan berwarna merah dalam larutan asam dan berwarna biru dalam larutan basa.
Hasil pengujiannya seperti tabel berikut :
Jenis Kertas Lakmus
Dalam larutan yang bersifat
Asam
Basa
Netral
Lakmus biru
merah
biru
biru
Lakmus merah
merah
biru
merah

Sifat-sifat larutan asam, basa dan netral adalah sebagai berkut :
No
Larutan Asam
Larutan Basa
Netral
1
Rasanya masam
Rasanya pahit
Rasa bervariasi
2
Lakmus biru menjadi merah
Lakmus merah menjadi biru
Tidak mengubah lakmus
3
Bersifat korosif
Bersifat kaustik
Tidak bersifat korosif
4
Terdiri dari ion H+ dan ion OH- sisa asam
Terdiri dari ion OH- dan ion positif logam
Terdiri dari ion H+ dan ion OH-
5
[H+] > [OH-]
[H+] < [OH-]
[H+] = [OH-]

Selain kertas lakmus, indikator yang dapat digunakan untuk menguji asam dan basa dapat dibuat dari tumbuh-tumbuhan, misalnya bunga mawar, bunga sepatu, bugenvil, atau kunyit. Bahan tersebut dapat digunakan sebagai indikator karena memberikan warna yang berbeda pada asam dan basa. Sedangkan di laboratorium, indikator yang digunakan dalam pengujian asam-basa adalah sebagai berikut :
Indikator
Warna dalam
Asam
Basa
Netral
Fenolftalein
Tidak berwarna
merah
Tidak berwarna
Metil jingga
merah
kuning
kuning
Bromtimol biru
Kuning
biru
kuning
Metil merah
merah
kuning
kuning